Minggu, 29 Maret 2015

Refleksi Kehidupan



     Teman – temanku yang baik hati....

     Kali ini ada sebuah kisah ringan tentang seorang kakek tua berprofesi sebagai Tukang Kayu. Semoga bisa menginspirasi....

    Mengawali profesinya sebagai seorang tukang bangunan, yang hingga kini sudah memiliki usia tak muda lagi yaa kita katakan sudah tua berniat untuk pensiun dari profesi yang sudah ia geluti selama puluhan tahun. Ia ingin masa tua bersama istri dan anak cucunya. Ia tahu ia akan kehilangan penghasilan rutinnya namun bagaimanapun tubuh tuanya butuh istirahat. Kakek tua pun menyampaikan rencana tersebut kepada mandornya.

    Tentu saja sang Mandor merasa sedih, sebab ia akan kehilangan salah satu tukang kayu terbaiknya, ahli bangunan yang handal yang ia miliki dalam timnya. Namun, ia juga tidak bisa memaksa. Sebagai permintaan terakhir sebelum si kakek tua tukang kayu ini berhenti, sang mandor memintanya untuk sekali lagi membangun sebuah rumah untuk terakhir kalinya. Dengan berat hati si kakek tua tukang kayu menyanggupi, tetapi ia berkata karena ia sudah berniat untuk pensiun maka ia akan mengerjakannya tidak dengan segenap hati.

    Segala bahan telah siap. Hari demi hari pun si kakek tua tukang kayu mengerjakan rumah tersebut. Tanpa adanya rasa semangat seperti sebelum ia ingin berhenti. Saat hari pertama proyek itu berjalan si kakek bekerja seperti biasa, memotong kayu-kayu yang telah disiapkan sebagai bahan rumah tersebut. Seketika waktu istirahat siang datang, si kakek beristirahat untuk makan dan sholat. Selesai, si kakek melanjutkan pekerjaan dengan apa adanya. Seperti biasa menjelang waktu petang kakek pulang. Seperti itulah hari-hari yang selalu kakek jalani sampai proyek dari si mandor selesai.

    Seiring berjalannya waktu si kakek sering mengeluh dan sang mandor hanya tersenyum dan berekata, “ kerjakanlah dengan yang terbaik yang kamu bisa. Kamu bebas membangun dengan semua bahan terbaik yang ada.” Si kakek tua tukang kayu lalu memulai kembali pekerjaan terakhirnya. Ia begitu bermalas-malasan. Ia asal-asalan membuat rangka bangunan, ia malas mencari, maka ia gunakan bahan-bahan seadanya dan berkualitas rendah. Sayang sekali, ia memilih cara yang buruk untuk mengakhiri karirnya.

    Memang letih sudah tubuh kakek untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Saat rumah itu selesai. Sang mandor datang untuk memeriksa. Saat sang mandor memegang daun pintu depan, ia berbalik dan berkata, “ini adalah rumahmu, hadiah dariku untukmu!” Betapa terkejutnya si kakek tuang tukang kayu. Ia sangat menyesal. Kalau saja sejak awal bahwa ia sedang membangun rumahnya , ia akan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Sekarang akibatnya, ia harus tinggal di rumah yang ia bangun dengan asal-asalan. Saat malam si kakek bersantai dengan istri untuk berbincang sepatah dua patah kata dengan menyeduh secangkir kopi panas. Di sela obrolan ringan mereka, nenek teringat akan cucunya yang akan berulang tahun. Kakek dan nenek bingung hendak menghadiahkan apa dengan uang seadanya yang mereka miliki. Entah kebetulan, si kakek tersirat akan menghadiahkan sebuah cangkir. Yang harganya juga masih bisa dibeli dengan uang yang mereka miliki.

    Sepasang kakek dan nenek pergi ke sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. “Lihat cangkir itu,” kata si nenek kepada suaminya. “Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat,” ujar si kakek.

    Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara ‘Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar. Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop ! Stop ! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata “belum !” lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang.
Stop! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas ! Panas ! Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata “belum !”

    Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak. Wanita itu berkata “belum !” Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong ! Hentikan penyiksaan ini ! Sambil menangis aku berteriak sekuat- kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku.la terus membakarku. Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin.

    Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.


 Renungan: Seperti inilah Tuhan membentuk kita. Pada saat Tuhan membentuk kita, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah satu-satunya cara bagi- Nya untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan- Nya.

“Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan, sebab Anda tahu bahwa ujian terhadap kita menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya Anda menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.”

    Apabila Anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati. karena Dia sedang membentuk Anda. Bentukan -bentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah semua proses itu selesai, Anda akan melihat betapa cantiknya Tuhan membentuk Anda.

      Dan seperti sikap si kakek tua tukang kayu tadi kita sadar inilah refleksi hidup kita! Pikirkanlah cerita si kakek tua tukang kayu ini. Anggaplah rumah itu sama dengan kehidupan Anda. Setiap kali Anda paku, memasang rangka, memasang keramik, lakukanlah dengan segenap ketulusan hati dan bijaksana. Sebab kehidupan kita saat ini adalah akibat dari pilihan kita di masa lalu. Masa depan kita adalah hasil dari keputusan kita saat ini. Sikap adalah perbuatan yang simpel namun akan bisa membuat perbedaan yang besar. Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa harus kehilangan semangat. Sekali lagi, lakukan apa saja yang terbaik hari ini karena kita tidak akan pernah tahu yang akan terjadi nanti. Seberat apapun harimu, jangan pernah biarkan seseorang membuatmu merasa bahwa kamu tidak pantas mendapat apa yang kamu inginkan.

Itu dia kisah motivasi untuk kita semua. Semoga bermanfaat. Ingat!! Jangan sia-siakan harimu. Dan para pemuda calon penerus bangsa semoga bisa menjadi lebih baik dalam membangun bangsa ini.....

Minggu, 15 Februari 2015

Da Manusia Apa Atuh. . .



    


    Kekuatan terbesar seorang manusia tersimpan di dalam Jiwanya. Dibandingkan dengan kekuatan yang ada pada badan atau ototnya, Jiwa memiliki kekuatan yang jauh lebih menakjubkan. Dan secara lahiriah, kekuatan Jiwa itu ditampakkan lewat kekuatan otaknya.
    Kalau diukur secara bertingkat, kekuatan otot adalah yang paling ‘kasar’ dan ‘lemah’ dibandingkan dengan potensi lain di dalam dirinya. Meskipun, fisik seseorang itu kekar dan kuat, ia akan kalah dengan kekuatan otak. Kekuatan otak adalah kekuatan Jiwa. Maka, yang lebih kuat, dibandingkan dengan kekuatan fisik adalah kekuatan Jiwa.
     Kekuatan Jiwa memiliki berbagai dimensinya, yang akan saya bahas dalam bagian ini. Tetapi, kekuatan Jiwa bukanlah yang tertinggi dalam diri seorang manusia. Ia masih kalah dengan kekuatan Ruh. Ruh memiliki ‘kekuatan’ yang jauh lebih besar sebab ia adalah unsur Ketuhanan. Bukan unsur kemanusiaan. Karena itu, dalam konteks pembahasan kali ini, saya tidak akan masuk terlalu dalam untuk mendiskusikan tentang Ruh. Ia adalah misteri terbesar dalam kehidupan manusia, yang kategorinya lebih cenderung kepada ‘unsur Keilahian’.
     Manusia memiliki kekuatan dahsyat yang tersimpan di dalam jiwanya. Banyak cara untuk mengetahui kekuatan Jiwa. Sebagiannya telah kita singgung di depan, yaitu mengukur lewat karya-karya pemikiran seseorang. Mulai dari karya-karya seni dan sastra sampai pada teknologi mutakhir yang menakjubkan. Di situlah kita bakal mengetahui seberapa hebat kekuatan Jiwa yang ada di baliknya. Namun, selain itu ada cara yang terkait dengan aktivitas kelistrikan otak, yang juga menggambarkan betapa hebatnya kekuatan Jiwa yang terpancar lewat gelombang otak seseorang.
Sebagaimana, saya singgung di depan, bahwa ternyata otak memiliki aktivitas elektromagnetik. Karena itu aktivitas otak bisa diukur kelistrikannya dengan menggunakan Electric Encephalo Graph (EEG) atau secara kemagnetan dengan menggunakan Magnetic Encephalo Graph (MEG).
     Kurang lebih emat tahun terakhir ini perkembangan pemanfaatan gelombang elektromagnetik otak maju sangat pesat. Akhir tahun 2004 yang lalu, seorang peneliti di Wardsworth Centre, New York, Prof Jonathan Wolpaw, mengumumkan hasil penelitiannya yang sangat menarik tentang Brain Computer Interface (BCI). *kalo ga salah*
Dia telah berhasil membuat alat yang bentuknya seperti topi helm. Topi ini berisi peralatan yang bisa menangkap sinyal-sinyal otak yang terpancar dari dalam batok kepala seseorang yang mengenakannya. Bahkan dalam skala yang lebih luas dibandingkan dengan yang dilakukan oleh peneliti di Cyberkinetics yang menanam chip di kulit otak, yang hanya bisa menangkap sinyal dari maksimal 150 saraf.
     Topi itu memungkinkan untuk menangkap sinyal dari permukaan otak yang lebih luas. Sehingga bisa menggambarkan fungsi otak yang lebih komplet, termasuk bisa menerjemahkan fungsi-fungsi luhur seseorang. Di tahun-tahun mendatang kita akan menyaksikan betapa rahasia otak dan jiwa akan semakin terkuak secara lebih transparan.
Ini sebetulnya memberikan petunjuk kepada kita, bahwa otak kita berfungsi sebagai pemancar gelombang elektromagnetik. Dan, pancaran gelombang elektromagnetik itu dimiliki oleh manusia secara universal. Bahkan, bukan hanya pemancar, otak kita juga berfungsi sebagai receiver alias penerima gelombang elektromagnetik.
     Selain lewat saraf-saraf sensorik seperti panca indera, otak kita sebenarnya bisa melakukan interaksi secara langsung lewat mekanisme radiasi elektromagnetik. Sebab, ia memang memiliki pemancar dan receiver. Persis seperti ketika kita ngobrol antar breaker, Orari. Cuma, tanpa peralatan. Langsung menggunakan ‘sirkuit otak’ secara alamiah.
Salah satu contoh yang paling nyata barangkali adalah telepati. Setiap kita sebenarnya bisa melatih diri untuk bisa berbicara secara telepati. Ini adalah cara, dimana seseorang bisa berbicara dengan orang lain tanpa menggunakan suara melainkan lewat gelombang otak. Orang awam mengatakan berbicara ‘dari hati ke hati’ artinya menggunakan bisikan hati, tanpa bersuara. Cieee hati dibawa-bawa nih hehe
     Bagaimanakah hal itu bisa terjadi? Sebenarnya sederhana saja. Semua itu bisa terjadi karena otak memiliki aktivitas elektromagnetik, yang terpancar secara radiatif keluar batok kepalanya. Bagaikan antena radio atau televisi. Dan, sekaligus bisa menerima getaran elektromagnetik dari orang lain. Dimanakah antena pemancar dan penerima itu berada? Pemancarnya ada di dalam batok kepala kita, sedangkan penerimanya berintegrasi dengan organ jantung.
     Sebenarnya jantung adalah bagian dari sistem penerima (receiver) gelombang otak. Tapi, tidak berdiri sendiri. Sebagaimana juga indera yang lain. Katakanlah mata, ia adalah bagian dari sistem saraf sensorik yang menuju ke otak. Tugas mata adalah menangkap getaran gelombang cahaya untuk diteruskan oleh sistem saraf penglihatan menuju pusat penglihatan di otak.
     Demikian pula pendengaran, ia adalah bagian dari sistem saraf pendengaran yang juga berpusat di otak. Aroma yang tertangkap oleh ujung-ujung saraf penciuman dikirim sebagai sinyal-sinyal listrik menuju otak. Demikian pula dengan jantung alias hati. Ia adalah bagian dari sistem ‘pemahaman’. Fungsi jantung, selain sebagai alat pompa darah, ia juga memiliki kepekaan terhadap penerimaan getaran gelombang elektro magnetik. Karena itu, sistem kelistrikan jantung sangat terkait erat dengan aktivitas kelistrikan otak. Jika otak memberikan sinyal gembira, maka kelistrikan jantung akan ikut menyesuaikan, sehingga denyut jantung pun ikut ‘gembira’. Sebaliknya, jika otak mengirimkan sinyal kesedihan, denyut jantung akan ikut menggambarkan kesedihan.
     Tapi, jantung memang tidak berdiri sendiri sebagai ‘sensor pemahaman’. Dia hanya berfungsi sebagai sensor penangkap getaran. Pusat pemahamannya tetap berada di otak. Jantung hanya menjadi salah satu simpul mekanisme elektromagnetik tersebut.
Tidak seperti sensor mata, atau telinga, atau hidung yang terhubung dengan serabut saraf menuju otak, sistem ‘jantung otak’ dalam konteks ‘sensor kefahaman’ ini terjalin lewat radiasi elektromagnetik.
Kelistrikan jantung yang bisa berfungsi secara otonom ikut memberikan gambaran tersebut. Di dalam jantung ada sekelompok sel yang bisa menghasilkan kelistrikan secara otomatis. Posisinya ada di atrium kanan jantung, dekat muara vena cava superior dan inferior.
     Rangsangnya berasal dari luar saraf eksternal jantung. Ketika, kondisi tubuh membutuhkan aliran darah yang lebih banyak, denyut jantung akan meningkat, sesuai permintaan. Begitu pula sebaliknya, jika kondisi badan melemah, ia akan merangsang jantung untuk berdenyut lebih pelan.
Sayangnya, pengukuran kekuatan elektromagnetik otak dan jantung ini belum bisa menyibak rahasia yang ada di balik informasi di dalamnya. Yang terukur lewat alat-alat itu hanyalah kuat gelombang dan frekuensinya, tapi bukan ‘makna’ yang tersimpan di dalamnya. Padahal sebenarnya ‘energi makna’ jauh lebih dahsyat dibandingkan dengan energi elektromagnetik.
Kekuatan energi sebanding dengan tingkat kehalusan gelombangnya. Semakin tinggi frekuensi, semakin tinggi pula energi. Semakin kasar gelombang nya, semakin rendah pula energinya.
     Contoh, energi mekanik adalah energi yang paling kasar. Maka, kekuatan yang dihasilkan oleh energi mekanik masih kalah dengan kekuatan yang dihasilkan energi listrik atau energi kimiawi. Tapi energi listrik atau kimiawi bakal kalah dengan energi atom atau nuklir. Sedangkan energi nuklir bisa kalah oleh energi ‘Makna’.
Sebagaimana kita ketahui, gunung tersusun dari atom-atom yang mengikatkan diri menjadi molekul, dan kemudian membentuk batu-batuan penyusun badan gunung. Ternyata energi ikat yang menyatukan atom dan molekul-molekul itu bisa tercerai-berai akibat Energi Makna yang dikenakan padanya.
     Manusia yang bergerak dengan kecepatan tinggi (mendekati kecepatan cahaya) badannya juga bisa tercerai berai menjadi atom-atom. Atau bahkan menjadi pertikel-partikel sub atomik. Ini disebabkan, energi ikat partikel-partikel itu kalah oleh energi yang timbul akibat kecepatan tersebut. Dalam peristiwa yang berbeda, ‘Energi Suara’ juga bisa difokuskan untuk menghancurkan onggokan benda tertentu. Kalau ada suara dengan intensitas dan frekuensi yang dipusatkan kepada suatu benda, maka suatu ketika benda itu bisa hancur. Karena kekuatan ikatan molekul-molekulnya kalah oleh energi suara yang dihasilkan.
     Secara tidak langsung, hal itu terbukti pada kejadian ‘sonic boom’ alias ‘bom suara’ Biasanya, terjadi ketika ada sebuah pesawat jet terbang sangat rendah. Jika di dekatnya ada rumah berkaca, maka seringkali terjadi kaca-kaca rumah itu hancur terkena getaran suara yang sangat keras dari mesin jet. Kaca-kaca itu hancur disebabkan oleh suara jet dengan intensitas sangat tinggi yang ‘menghantam’ kaca-kaca tersebut.
Dalam cerita itu, tergambar betapa suara yang yang terkonsentrasi dengan intensitas tinggi bisa menghasilkan energi dahsyat yang menghancurkan. Kekuatannya bisa mengalahkan energi ikat kimiawi yang ada pada benda-benda yang dikenainya. Bahkan mungkin, kalau dikonsentrasikan lebih fokus lagi, bisa mengalahkan energi ikat molekulernya. Benda-benda itu bukan hanya hancur menjadi serpihan, melainkan terburai menjadi molekul-molekul penyusunnya.
     Nah, gelombang ‘Makna’ bisa memiliki energi yang jauh lebih besar dari gelombang suara. Kalau gelombang suara saja bisa menghancurkan benda dan mematikan makhluk hidup, maka energi yang muncul dari gelombang ‘makna’ bisa menghancurkan gunung dan menjadikan orang mati bisa bicara.
Kenapa bisa demikian? Sebab yang ‘diserang’ oleh gelombang makna bukan pada struktur benda atau material kimiawi atau fisiknya, melainkan pada substansi dasar yang tersimpan di balik struktur benda.
Pada benda mati, substansinya ada pada ‘sesuatu’ yang menjadi peralihan antara benda dan energi. Sedangkan pada makhluk hidup, substansinya berada pada program-program genetiknya.
Substansi dasar benda di alam semesta ini sebenarnya bukanlah materi atau energi. Melainkan ‘sesuatu’ yang menjembatani materi dan energi. Sampai sekarang, ‘sesuatu’ itu memang belum terdeteksi sempurna.
Tapi, kecurigaan ke arah itu semakin besar. Pada skala sub atomik, partikel-partikel penyusun benda menunjukkan ukuran yang semakin kecil, dan semakin kecil. Atom yang dulu dianggap sebagai bagian terkecil dari benda, ternyata juga tersusun dari puluhan bahkan ratusan partikel.
Pada suatu ketika partikel yang masih bersifat materi, tiba-tiba lenyap sifat materinya dan berubah menjadi energi. Di ‘peralihan’ itulah sebenarnya substansi dasar keberadaan segala sesuatu. Materi dan energi hanyalah sekadar penampakan dari ‘sesuatu’ itu. Kadang tampak sebagai materi, kadang tampak sebagai energi.
     Nah, gelombang Makna bekerja pada ‘sesuatu’ yang berada di peralihan antara materi dan energi tersebut. Maka, energi ini sebenarnya memiliki potensi yang lebih dahsyat dibandingkan dengan energi nuklir. Sebab energi nuklir bekerja pada struktur inti atom, yaitu energi ikat antara partikel-partikel penyusun atom. Sedangkan energi Makna bekerja pada bagian yang lebih halus lagi yaitu penyusun partikel-partikel. Atau ‘penyusun’ energi-energi.
     Sementara itu, pada makhluk hidup, energi Makna bekerja pada sistem pemrograman yang ada di dalam inti sel. Sistem pemrograman itulah yang menjadi inti dari kehidupan. Jika program di dalam inti selnya memerintahkan proses-proses yang mengarah pada kehidupan, maka makhluk yang sudah mati pun bakal hidup kembali. Sebaliknya, jika program tersebut memerintahkan terjadinya proses-proses yang mengarah pada kematian, maka makhluk hidup pun bakal mengalami kematian.
Hal ini dikemukakan oleh Allah di dalam berbagai firmanNya. Bahwa penciptaan segala sesuatu dimulai dengan perintah : ‘kun fayakun’ (jadi, maka jadilah). Artinya, segala sesuatu memang dimulai dari energi informasi atau energi Makna yang tersimpan di dalam Perintah itu. Energi Penciptaan yang demikian dashyat itu tersimpan di dalam Makna kalimat ‘kun fayakun’
     Maka Dia cukup memberikan PerintahNya dengan kalimat “Kun’ (jadilah), maka jadilah ia. Itulah inti utama dari seluruh pemrograman yang tersimpan di dalam inti sel makhluk hidup, maupun yang tersimpan di dalam inti atom berupa ‘sesuatu’ yang menjadi peralihan antara materi dan energi.

Minggu, 08 Februari 2015

Layaknya Lampu Merah



Kehidupan manusia itu bagaikan mimpi, persis seperti sebuah lampu lalu lintas, datang dan pergi dalam sekejap! Sebenarnya apa yang disibukkan dan karena apa?
Semua orang datang dan pergi terburu-buru dalam beberapa puluh tahun mengejar dan mencari ketenaran, keuntungan dan segala nafsu keinginan di dunia fana ini. Dalam keluasan yang tiada batas ini ada berapa orang yang bisa berlapang dada dan melepaskan? Lalu ada berapa orang yang benar-benar memikirkan demi apa manusia dilahirkan ke dunia ini?

         Acuh tak acuh, larut dalam urusan duniawi, tidak bisa memusatkan pikiran, adalah penjelasan yang saya berikan untuk kata “sibuk”. Kesibukan acapkali dijadikan alasan yang paling baik bagi kebanyakan orang untuk membenarkan pernyataan sendiri.
Kehidupan itu bagaikan mimpi, dalam kesibukan ada kesenggangan, dalam kesenggangan ada kesibukan, perasaan mencuri kesenggangan dalam kesibukan malah menjadi kenikmatan tersendiri dalam kehidupan ini.

        Keadaan itu berputar atau berubah seiring dengan suasana hati, walaupun mencari kesenangan dalam kesengsaraan, masih juga bisa sibuk bukan main, dan sesungguhnya kegembiraan yang benar-benar tulus itulah yang merupakan hal yang paling menggembirakan dalam kehidupan ini!
Coba lihat teman-teman kalian yang memiliki kepribadian yang menarik, hampir dapat dipastikan mereka memiliki kehidupan yang menarik. Mungkin mereka suka travelling, jalan-jalan, hiking, camping, atau memiliki hobi yang menarik seperti ngeband, sulap, bikin film independen, hunting photo, suka mengikuti lomba-lomba entah itu sports, arts atau lainnya. Penuh tantangan dan petualangan. Bahkan biasanya kegiatan mereka pun menarik.

          Ada orang yang senang merangkul kesibukan dan keramaian, ada juga yang menyukai ketenangan dan kesantaian, tentu ada prinsip mendapatkan dan kehilangan, sesuai dengan kehendak masing-masing.
Tetapi ada sebagian orang yang mengharapkan jika bisa memiliki keduanya, mereka umumnya mengejar kesempurnaan itu dengan membabi buta, ingin mendapatkan kenyamanan dalam kemewahan juga ingin mendapatkan kesantaian dalam ketenangan, dengan keserakahan yang tak mengenal puas mendambakan segala hal bisa sesuai dengan apa yang mereka inginkan.

         Dengan demikian secara sengaja maupun tidak membuat persoalan semakin rumit dan meresahkan hati, dengan sendirinya bertambah lagi kesibukan yang sebenarnya tidak perlu ada.
Semua persoalan itu ada awal dan akhir, ada yang duluan dan belakangan, ada berat dan ringan serta ada prioritasnya. Jika persoalan itu diselesaikan dalam perencanaan matang dan teratur, persoalan itu akan terselesaikan dengan sendirinya, jadi walau sesibuk apapun juga masih bisa menampakkan sikap yang tenang. Sebaliknya, dengan hati yang tidak sabar dan perasaan tak tenang, walau mempunyai kesenggangan waktu juga tidak bisa bersantai, walaupun tidak ada pekerjaan yang dikerjakan juga terasa sangat sibuk sekali.
      
          Masalah bukanlah beban yang memberatkan kehidupan kita, namun ini adalah pelajaran dan pendidikan dari Tuhan,ini adalah cara untuk menaikkan kualitas diri kita.
Pelajaran bagaimana menangani masalah adalah dengan berbekal keyakinan dan kemantapan hati. Bukan dengan keputusasaan dan ketakutan. Bukankah Tuhan Maha Adil, sehingga tidak mungkin akan membuat hambanya sengsara dan Terpuruk. Artinya Tuhan tidak akan pernah memberikan suatu beban kepada hambanya melebihi kapasitas yang dimiliki hambanya.
contoh : Saat mau Ujian naik kelas misalnya, mungkin gak Guru kita-kita nih ngasih soal yang belum kita pelajari atau soal-soal SMA (padahal masih SD), gak mungkin Kan?
masalah adalah cara Tuhan untuk Kita agar Kualitas Diri Kita perlahan menigkat, kalo kita gak dikasih Ujian, kita gak akan pernah naik tingkat, betul Gak?.

Apa sebenarnya makna yang hakiki dari kehidupan dan apa tujuan dari hidup? Topik ini sudah sepatutnya untuk dipikirkan dan didiskusikan oleh setiap orang.

          Asalkan arah hati kita diletakkan pada posisi yang benar, meski setiap hari dari pagi hingga petang harus bekerja keras membanting tulang, juga masih bisa dikerjakan dengan hati yang riang dan bergembira. Ini seperti ungkapan, “Manusia bisa mengerjakan tanpa dikejar, karakternya akan menjadi tinggi dengan sendirinya.”