Minggu, 29 Maret 2015

Refleksi Kehidupan



     Teman – temanku yang baik hati....

     Kali ini ada sebuah kisah ringan tentang seorang kakek tua berprofesi sebagai Tukang Kayu. Semoga bisa menginspirasi....

    Mengawali profesinya sebagai seorang tukang bangunan, yang hingga kini sudah memiliki usia tak muda lagi yaa kita katakan sudah tua berniat untuk pensiun dari profesi yang sudah ia geluti selama puluhan tahun. Ia ingin masa tua bersama istri dan anak cucunya. Ia tahu ia akan kehilangan penghasilan rutinnya namun bagaimanapun tubuh tuanya butuh istirahat. Kakek tua pun menyampaikan rencana tersebut kepada mandornya.

    Tentu saja sang Mandor merasa sedih, sebab ia akan kehilangan salah satu tukang kayu terbaiknya, ahli bangunan yang handal yang ia miliki dalam timnya. Namun, ia juga tidak bisa memaksa. Sebagai permintaan terakhir sebelum si kakek tua tukang kayu ini berhenti, sang mandor memintanya untuk sekali lagi membangun sebuah rumah untuk terakhir kalinya. Dengan berat hati si kakek tua tukang kayu menyanggupi, tetapi ia berkata karena ia sudah berniat untuk pensiun maka ia akan mengerjakannya tidak dengan segenap hati.

    Segala bahan telah siap. Hari demi hari pun si kakek tua tukang kayu mengerjakan rumah tersebut. Tanpa adanya rasa semangat seperti sebelum ia ingin berhenti. Saat hari pertama proyek itu berjalan si kakek bekerja seperti biasa, memotong kayu-kayu yang telah disiapkan sebagai bahan rumah tersebut. Seketika waktu istirahat siang datang, si kakek beristirahat untuk makan dan sholat. Selesai, si kakek melanjutkan pekerjaan dengan apa adanya. Seperti biasa menjelang waktu petang kakek pulang. Seperti itulah hari-hari yang selalu kakek jalani sampai proyek dari si mandor selesai.

    Seiring berjalannya waktu si kakek sering mengeluh dan sang mandor hanya tersenyum dan berekata, “ kerjakanlah dengan yang terbaik yang kamu bisa. Kamu bebas membangun dengan semua bahan terbaik yang ada.” Si kakek tua tukang kayu lalu memulai kembali pekerjaan terakhirnya. Ia begitu bermalas-malasan. Ia asal-asalan membuat rangka bangunan, ia malas mencari, maka ia gunakan bahan-bahan seadanya dan berkualitas rendah. Sayang sekali, ia memilih cara yang buruk untuk mengakhiri karirnya.

    Memang letih sudah tubuh kakek untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Saat rumah itu selesai. Sang mandor datang untuk memeriksa. Saat sang mandor memegang daun pintu depan, ia berbalik dan berkata, “ini adalah rumahmu, hadiah dariku untukmu!” Betapa terkejutnya si kakek tuang tukang kayu. Ia sangat menyesal. Kalau saja sejak awal bahwa ia sedang membangun rumahnya , ia akan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Sekarang akibatnya, ia harus tinggal di rumah yang ia bangun dengan asal-asalan. Saat malam si kakek bersantai dengan istri untuk berbincang sepatah dua patah kata dengan menyeduh secangkir kopi panas. Di sela obrolan ringan mereka, nenek teringat akan cucunya yang akan berulang tahun. Kakek dan nenek bingung hendak menghadiahkan apa dengan uang seadanya yang mereka miliki. Entah kebetulan, si kakek tersirat akan menghadiahkan sebuah cangkir. Yang harganya juga masih bisa dibeli dengan uang yang mereka miliki.

    Sepasang kakek dan nenek pergi ke sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. “Lihat cangkir itu,” kata si nenek kepada suaminya. “Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat,” ujar si kakek.

    Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara ‘Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar. Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop ! Stop ! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata “belum !” lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang.
Stop! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas ! Panas ! Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata “belum !”

    Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak. Wanita itu berkata “belum !” Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong ! Hentikan penyiksaan ini ! Sambil menangis aku berteriak sekuat- kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku.la terus membakarku. Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin.

    Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.


 Renungan: Seperti inilah Tuhan membentuk kita. Pada saat Tuhan membentuk kita, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah satu-satunya cara bagi- Nya untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan- Nya.

“Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan, sebab Anda tahu bahwa ujian terhadap kita menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya Anda menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.”

    Apabila Anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati. karena Dia sedang membentuk Anda. Bentukan -bentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah semua proses itu selesai, Anda akan melihat betapa cantiknya Tuhan membentuk Anda.

      Dan seperti sikap si kakek tua tukang kayu tadi kita sadar inilah refleksi hidup kita! Pikirkanlah cerita si kakek tua tukang kayu ini. Anggaplah rumah itu sama dengan kehidupan Anda. Setiap kali Anda paku, memasang rangka, memasang keramik, lakukanlah dengan segenap ketulusan hati dan bijaksana. Sebab kehidupan kita saat ini adalah akibat dari pilihan kita di masa lalu. Masa depan kita adalah hasil dari keputusan kita saat ini. Sikap adalah perbuatan yang simpel namun akan bisa membuat perbedaan yang besar. Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa harus kehilangan semangat. Sekali lagi, lakukan apa saja yang terbaik hari ini karena kita tidak akan pernah tahu yang akan terjadi nanti. Seberat apapun harimu, jangan pernah biarkan seseorang membuatmu merasa bahwa kamu tidak pantas mendapat apa yang kamu inginkan.

Itu dia kisah motivasi untuk kita semua. Semoga bermanfaat. Ingat!! Jangan sia-siakan harimu. Dan para pemuda calon penerus bangsa semoga bisa menjadi lebih baik dalam membangun bangsa ini.....