Teman – temanku yang
baik hati....
Kali ini ada sebuah kisah ringan tentang
seorang kakek tua berprofesi sebagai Tukang Kayu. Semoga bisa menginspirasi....
Mengawali profesinya sebagai seorang tukang
bangunan, yang hingga kini sudah memiliki usia tak muda lagi yaa kita katakan
sudah tua berniat untuk pensiun dari profesi yang sudah ia geluti selama puluhan
tahun. Ia ingin masa tua bersama istri dan anak cucunya. Ia tahu ia akan
kehilangan penghasilan rutinnya namun bagaimanapun tubuh tuanya butuh
istirahat. Kakek tua pun menyampaikan rencana tersebut kepada mandornya.
Tentu saja sang Mandor merasa sedih, sebab
ia akan kehilangan salah satu tukang kayu terbaiknya, ahli bangunan yang handal
yang ia miliki dalam timnya. Namun, ia juga tidak bisa memaksa. Sebagai permintaan
terakhir sebelum si kakek tua tukang kayu ini berhenti, sang mandor memintanya
untuk sekali lagi membangun sebuah rumah untuk terakhir kalinya. Dengan berat
hati si kakek tua tukang kayu menyanggupi, tetapi ia berkata karena ia sudah
berniat untuk pensiun maka ia akan mengerjakannya tidak dengan segenap hati.
Segala bahan telah siap. Hari demi hari pun
si kakek tua tukang kayu mengerjakan rumah tersebut. Tanpa adanya rasa semangat
seperti sebelum ia ingin berhenti. Saat hari pertama proyek itu berjalan si
kakek bekerja seperti biasa, memotong kayu-kayu yang telah disiapkan sebagai
bahan rumah tersebut. Seketika waktu istirahat siang datang, si kakek
beristirahat untuk makan dan sholat. Selesai, si kakek melanjutkan pekerjaan
dengan apa adanya. Seperti biasa menjelang waktu petang kakek pulang. Seperti itulah
hari-hari yang selalu kakek jalani sampai proyek dari si mandor selesai.
Seiring berjalannya waktu si kakek sering
mengeluh dan sang mandor hanya tersenyum dan berekata, “ kerjakanlah dengan
yang terbaik yang kamu bisa. Kamu bebas membangun dengan semua bahan terbaik
yang ada.” Si kakek tua tukang kayu lalu memulai kembali pekerjaan terakhirnya.
Ia begitu bermalas-malasan. Ia asal-asalan membuat rangka bangunan, ia malas
mencari, maka ia gunakan bahan-bahan seadanya dan berkualitas rendah. Sayang sekali,
ia memilih cara yang buruk untuk mengakhiri karirnya.
Memang letih sudah tubuh kakek untuk
mengerjakan pekerjaan tersebut. Saat rumah itu selesai. Sang mandor datang
untuk memeriksa. Saat sang mandor memegang daun pintu depan, ia berbalik dan
berkata, “ini adalah rumahmu, hadiah dariku untukmu!” Betapa terkejutnya si
kakek tuang tukang kayu. Ia sangat menyesal. Kalau saja sejak awal bahwa ia
sedang membangun rumahnya , ia akan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Sekarang
akibatnya, ia harus tinggal di rumah yang ia bangun dengan asal-asalan. Saat malam
si kakek bersantai dengan istri untuk berbincang sepatah dua patah kata dengan
menyeduh secangkir kopi panas. Di sela obrolan ringan mereka, nenek teringat
akan cucunya yang akan berulang tahun. Kakek dan nenek bingung hendak
menghadiahkan apa dengan uang seadanya yang mereka miliki. Entah kebetulan, si
kakek tersirat akan menghadiahkan sebuah cangkir. Yang harganya juga masih bisa
dibeli dengan uang yang mereka miliki.
Sepasang kakek dan nenek pergi ke sebuah
toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka
tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. “Lihat cangkir itu,” kata si nenek
kepada suaminya. “Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat,”
ujar si kakek.
Saat mereka mendekati cangkir itu,
tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara ‘Terima kasih untuk perhatiannya,
perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang
dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari
ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar. Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa
pusing. Stop ! Stop ! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata “belum !” lalu ia
mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang.
Stop! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas ! Panas ! Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata “belum !”
Stop! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas ! Panas ! Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata “belum !”
Akhirnya
ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku
pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku
diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya
begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak. Wanita itu berkata “belum !”
Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke
perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong ! Hentikan penyiksaan ini !
Sambil menangis aku berteriak sekuat- kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli
dengan teriakanku.la terus membakarku.
Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin.
Setelah benar-benar dingin, seorang wanita
cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku
terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah
cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi
sirna tatkala kulihat diriku.
Renungan: Seperti inilah Tuhan membentuk kita.
Pada saat Tuhan membentuk kita, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh
penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah satu-satunya cara bagi- Nya
untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan- Nya.
“Anggaplah
sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan,
sebab Anda tahu bahwa ujian terhadap kita menghasilkan ketekunan. Dan
biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya Anda menjadi sempurna
dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.”
Apabila
Anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati. karena Dia sedang
membentuk Anda. Bentukan -bentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah semua
proses itu selesai, Anda akan melihat betapa cantiknya Tuhan membentuk Anda.
Dan seperti sikap
si kakek tua tukang kayu tadi kita sadar inilah refleksi hidup kita! Pikirkanlah
cerita si kakek tua tukang kayu ini. Anggaplah rumah itu sama dengan kehidupan
Anda. Setiap kali Anda paku, memasang rangka, memasang keramik, lakukanlah
dengan segenap ketulusan hati dan bijaksana. Sebab kehidupan kita saat ini
adalah akibat dari pilihan kita di masa lalu. Masa depan kita adalah hasil dari
keputusan kita saat ini. Sikap adalah perbuatan yang simpel namun akan
bisa membuat perbedaan yang besar. Keberhasilan
adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan
berikutnya tanpa harus kehilangan semangat. Sekali lagi, lakukan apa saja yang
terbaik hari ini karena kita tidak akan pernah tahu yang akan terjadi nanti. Seberat
apapun harimu, jangan pernah biarkan seseorang membuatmu merasa bahwa kamu
tidak pantas mendapat apa yang kamu inginkan.
Itu dia kisah motivasi untuk kita semua. Semoga bermanfaat. Ingat!! Jangan
sia-siakan harimu. Dan para pemuda calon penerus bangsa semoga bisa menjadi
lebih baik dalam membangun bangsa ini.....