Sebagai anak muda
(kamu masih muda kan?),
seringkali kamu pasti diremehkan oleh para orang tua. Gak harus orang tua kamu
beneran ya, pokoknya yang lebih tua dari kamu jauh gitu lah. Biasanya kamu dianggap
masih bau kencur dan gak tau apa-apa. Intinya kurang pengalaman lah. Namun
sesungguhnya, pada umumnya (inget, ini pada umumnya loh ya) ada hal-hal dimana
anak muda itu lebih pintar dari orang tua. Seperti misalnya, tempat-tempat yang
lagi populer, bahasa pergaulan, dan tekhnologi.
Tapi yaaa Yang namanya anak muda ( ABG ), itu merupakan
tahap pengembangan diri, dimana seseorang dapat memiliki 2 buah pilihan,
menjadi lebih baik atau lebih buruk. Pada umumnya seorang anak muda akan
mencari jati diri yang cocok bagi dirinya. Nah ini yang berbahaya menurut Saya,
ada pepatah bilang " Bisa Karena Terbiasa ", apabila seseorang terus
melakukan suatu kegiatan secara terus menerus maka dia akan terbiasa dan merasa
nyaman. Contohnya, seorang anak yang baru memasuki SMA, yang pada mulanya dia merupakan
anak baik - baik, tapi ketika dia bergaul dengan anak sepermainannya dan
temannya merupakan anak yang kurang baik, secara otomatis dia akan meniru
kelakuan temannya tersebut demi memenuhi kebutuhan pertemanannya. Tapi hal
kebalikannya pun dapat terjadi. Contohnya anak yang kurang baik setelah dia
bergaul di tengah - tengah lingkungan teman - temannya yang amat sangat baik,
secara otomatis diapun akan langsung terkontaminasi. Walaupun hal di atas
sangat terlihat sederhana, tetapi kalau kita pikir dengan akal pikiran kita
merupakan hal yang sangatlah penting.
Pada masa remaja, terdapat banyak hal baru yang terjadi,
dan biasanya lebih bersifat menggairahkan, karena hal baru yang mereka alami
merupakan tanda-tanda menuju kedewasaan. Dari masalah yang timbul akibat
pergaulan, keingin tahuan tentang asmara dan seks, hingga masalah-masalah yang
bergesekan dengan hukum dan tatanan sosial yang berlaku di sekitar
remaja.Hal-hal yang terakhir ini biasanya terjadi karena banyak faktor, tetapi
berdasarkan penelitian, jumlah yang terbesar adalah karena
"tingginya" rasa solidaritas antar teman, pengakuan kelompok, atau
ajang penunjukkan identitas diri. Masalah akan timbul pada saat remaja salah
memilih arah dalam berkelompok.Banyak ahli psikologi yang menyatakan bahwa masa
remaja merupakan masa yang penuh masalah, penuh gejolak, penuh risiko (secara
psikologis), over energi,
dan lain sebagainya, yang disebabkan oleh aktifnya hormon-hormon tertentu.
Tetapi statement yang timbul akibat pernyataan yang stereotype dengan
pernyataan diatas, membuat remaja pun merasa bahwa apa yang terjadi, apa yang
mereka lakukan adalah suatu hal yang biasa dan wajar.Minat untuk berkelompok
menjadi bagian dari proses tumbuh kembang yang remaja alami. Yang dimaksud di
sini bukan sekadar kelompok biasa, melainkan sebuah kelompok yang memiliki
kekhasan orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara khusus
hanya berlaku dalam kelompok tersebut. Atau yang biasa disebut geng. Biasanya
kelompok semacam ini memiliki usia sebaya atau bisa juga disebut peer group.Demi
kawan yang menjadi anggota kelompok ini, remaja bisa melakukan dan mengorbankan
apa pun, dengan satu tujuan, Solidaritas. Geng, menjadi suatu wadah yang luar
biasa apabila bisa mengarah terhadap hal yang positif. Tetapi terkadang
solidaritas menjadi hal yang bersifat semu, buta, yang pada akhirnya merusak
arti dari solidaritas itu sendiri.Demi alasan solidaritas, sebuah geng sering
kali memberikan tantangan atau tekanan-tekanan kepada anggota kelompoknya yang
terkadang berlawanan dengan hukum atau tatanan sosial yang ada. Tekanan itu
bisa saja berupa paksaan untuk menggunakan narkoba, melakukan hubungan seks,
melakukan penodongan, bolos sekolah, tawuran, merokok, corat-coret tembok, dan
masih banyak lagi.Secara individual, remaja sering merasa tidak nyaman dalam
melakukan apa yang dituntutkan pada dirinya. Namun, karena besarnya tekanan
atau besarnya keinginan untuk diakui, ketidak berdayaan untuk meninggalkan
kelompok, dan ketidak mampuan untuk mengatakan "tidak", membuat
segala tuntutan yang diberikan kelompok secara terpaksa dilakukan. Lama
kelamaan prilaku ini menjadi kebiasaan, dan melekat sebagai suatu karakter yang
diwujudkan dalam berbagai prilaku negatif.Kelompok atau teman sebaya memiliki
kekuatan yang luar biasa untuk menentukan arah hidup remaja. Jika remaja berada
dalam lingkungan pergaulan yang penuh dengan "energi negatif" seperti
yang terurai di atas, segala bentuk sikap, perilaku, dan tujuan hidup remaja
menjadi negatif. Sebaliknya, jika remaja berada dalam lingkungan pergaulan yang
selalu menyebarkan "energi positif", yaitu sebuah kelompok yang
selalu memberikan motivasi, dukungan, dan peluang untuk mengaktualisasikan diri
secara positif kepada semua anggotanya, remaja juga akan memiliki sikap yang
positif. Prinsipnya, perilaku kelompok itu bersifat menular.Motivasi dalam
kelompok (peer motivation) adalah salah satu contoh energi yang memiliki
kekuatan luar biasa, yang cenderung melatarbelakangi apa pun yang remaja
lakukan. Dalam konteks motivasi yang positif, seandainya ini menjadi sebuah
budaya dalam geng, barangkali tidak akan ada lagi kata-kata "kenakalan
remaja" yang dialamatkan kepada remaja. Lembaga pemasyarakatan juga tidak
akan lagi dipenuhi oleh penghuni berusia produktif, dan di negeri tercinta ini
akan semakin banyak orang sukses berusia muda. Remaja juga tidak perlu lagi
merasakan peer pressure, yang bisa membuat mereka stres.Secara teori diatas,
remaja akan menjadi pribadi yang diinginkan masyarakat. Tetapi tentu saja hal
ini tidak dapat hanya dibebankan pada kelompok ataupun geng yang dimiliki
remaja. Karena remaja merupakan individu yang bebas dan masing-masing tentu
memiliki keunikan karakter bawaan dari keluarga. Banyak faktor yang juga dapat
memicu hal buruk terjadi pada remaja.Seperti yang telah diuraikan diatas,
kelompok remaja merupakan sekelompok remaja dengan nilai, keinginan dan nasib
yang sama. Contoh, banyak sorotan yang dilakukan publik terhadap kelompok
remaja yang merupakan kumpulan anak dari keluarga broken home. Kekerasan yang telah mereka alami
sejak masa kecil, trauma mendalam dari perpecahan keluarga, akan kembali
menjadi pencetus kenakalan dan kebrutalan remaja.Tetapi, masa remaja memang
merupakan masa dimana seseorang belajar bersosialisasi dengan sebayanya secara
lebih mendalam dan dengan itu pula mereka mendapatkan jati diri dari apa yang
mereka inginkan.Hingga, terlepas dari itu semua, remaja merupakan masa yang
indah dalam hidup manusia, dan dalam masa yang akan datang, akan menjadikan
masa remaja merupakan tempat untuk memacu landasan dalam menggapai kedewasaan. Hmm … seni dari proses
mendewasa untuk mencapai kedamaian, adalah justru proses yang menggalaukan.
Kegalauan adalah jarak antara masa muda yang labil dan masa dewasa yang mapan.
Kegalauan adalah jarak antara masa muda yang labil dan masa dewasa yang mapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar