Sabtu, 24 Januari 2015

Relativitas Tak Dilihat oleh Kasat Mata



Perasaan manusia itu senantiasa berubah. Sesaat ia rindu lalu bosan, sebentar ia senang lalu berubah menjadi benci. Namun demikian, satu kenangan tidak bisa terlupakan begitu saja dari ingatannya. Satu cerita tidak akan bisa terlepas begitu saja dari kehidupannya yang singkat. Rasa suka dan duka, manis dan pahit, terluka dan sembuh, selalu mengendap dan membekas di dalam hatinya. Tidak bisa dibuang begitu saja seperti barang bekas.
Jika kita mencintai seseorang, kita akan senantiasa mendo’akannya walaupun dia tidak berada disisi kita. Tuhan memberikan kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita ? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah Cinta …
Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi, jika kamu masih tidak dapat melupakannya.
Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan, walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan Kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.
Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya. Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya. Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dan bercinta dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterimakasih atas karunia tersebut.
Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat dan kemarahan menjadi rahmat. Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.
Seandainya kamu ingin mencintai atau memiliki hati seseorang , ibaratkanlah seperti menyunting sekuntum mawar merah. Kadangkala kamu mencium harum mawar tersebut, tetapi kadangkala kamu terasa bisa duri mawar itu menusuk jari.
Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu, hanya untuk menemukan bahwa pada akhirnya menjadi tidak berarti dan kamu harus membiarkannya pergi.
Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehingga kamu kehilangannya. Pada saat itu, tiada guna penyesalan karena perginya tanpa berkata lagi. Cintailah seseorang itu atas dasar siapa dia sekarang dan bukan siapa dia sebelumnya. Kisah silam tidak perlu diungkit lagi, kiranya kamu benar-benar mencintainya setulus hati. Hati-hati dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para pecinta PALSU.
Kemungkinan apa yang kamu sayangi atau cintai tersimpan keburukan didalamnya dan kemungkinan apa yang kamu benci tersimpan kebaikan didalamnya.
Cinta adalah keabadian … dan kenangan adalah hal terindah yang pernah dimiliki.
Siapapun pandai menghayati cinta, tapi tak seorangpun pandai menilai cinta karena cinta bukanlah suatu objek yang bisa dilihat oleh kasat mata, sebaliknya cinta hanya dapat dirasakan melalui hati dan perasaan.
Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu, membangkitkan yang mati dan
meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dahsyatnya cinta.
Cinta sebenarnya adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri dan tidak merubahnya menjadi
gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan didalam dirinya. Kamu tidak akan pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. Namun apabila sampai saatnya itu, raihlah dengan kedua tanganmu dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya.
Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut kemulut tetapi cinta adalah
anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya.
Bercinta memang mudah, untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh.
Jika saja kehadiran cinta sekedar untuk mengecewakan, lebih baik cinta itu tak pernah hadir. Sama halnya nih, lebih baik ditampar dengan kejujuran daripada dikecup dengan kebohongan. Perkara cinta dikalangan anak muda pastilah beragam macam problema yang di hadapi. Apalagi dikala putih abu-abu yang memberikan kisah terindah dalam perjalanan hidup ini. Tak sedikit yang menyatakan bahwa masa putih abu-abu lah yang paling mengesankan.  Tapi, sesungguhnya tak ada yang abadi dan mutlak. Semua itu relativitas. Hidup adalah sebuah perjalanan. Seperti jarum jam yang berdetak, ia bergeser dari satu angka ke angka berikutnya. Manusia itu selalu dipenuhi  dengan relativitas. Apa yang saya anggap manis belum tentu kalian anggap manis. Apa yang saya anggap menarik bahkan belum tentu demikian untuk kalian. “Selera berbeda”, begitu kata kebanyakan mereka. Padahal mata kita komponennya sama, pembuatnya sama, fungsinya sama, barangkali hanya warna biji matanya yang berbeda. Namun hasil penilaian pada masing-masing manusia akhirnya tetaplah tak pernah sama persis.
Kita merupakan makhluk yang sangaat kecil. Pernah saya melihat ilustrasi mengenai alam semesta. Awalnya bumi diperlihatkan sebagai tempat yang besar, lalu kemudian diperlihatkan planet-planet yang lebih besar sehingga bumi hanya seperti titik di tengah lautan hitam. Seketika saya tersadar, kalau bumi saja sebegitu kecilnya, apalagi manusia yang ada di dalamnya. Lalu, dengan cara apa saya menunjukkan eksistensi diri di muka bumi?
Ya, akhirnya saya menemukan jawabannya. Pergerakan bermankna! Produktifitas! Itulah hal yang membuat kita tidak menjadi sekedar titik noda di muka bumi. Manusia memiliki akal dan cara bagaimana kita melakukan pergerakan itu.
Ah! Indah banget, saya sampai bingung bagaimana mengungkapkan perasaan mengenai analogi sederhana ini.
Nah, semoga temen-temen pembaca mengerti maksud saya ya. Intinya, semua hal di dunia ini bersifat relatif, dan ada ‘Sang Pengamat’ di suatu tempat ‘di sana’, dan untuk membuat kita ‘menarik perhatian-Nya’, kita harus membuat suatu pergerakan bermakna! Produktifitas!
            Ya. Sungguh beruntung bagi siapa saja yang jatuh cinta tetapi lengkap dengan kesejatiannya.  Ia tidak menginginkan kebahagiaan bagi dirinya saja, tetapi justru bagi yang ia kasihi. Ia lebih mendahulukan yang ia cintai dan rela menelan racun dunia ini hanya demi membahagiakan kekasih yang ia cintai dengan tulus. Bahkan ia pun selalu memikirkan tentang keselamatan diri kekasihnya, tidak hanya di dunia ini, tetapi juga di akherat nanti. Dengan cara mengajaknya untuk selalu tunduk pada setiap aturan Tuhan yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar